Tanaman
buah keben banyak sekali ditemukan di sepanjang pantai Papua. saat itu
di Papua Heinrich sedang mengamati penduduk papua yang sedang membius
ikan menggunakan biji keben yang dilumatkan dengan atau tanpa dicampur
akar tuba dan ditaburkan ke permukaan kolam. Setelah beberapa saat,
ikan-ikan yang bersembunyi di dalam lopak-lopak dan paluh-paluh kolam
akan mengambang di permukaan sehingga lebih mudah ditangkap.
Namun,
ikan-ikan tersebut tidak mati, hanya pingsan selama sekitar 20 menit.
Bila tidak diambil dan efek biusnya habis, ikan yang pingsan akan pulih
kembali dan berenang ke habitat asalnya seperti sediakala. Dugaannya,
saponin, glukosida, dan beberapa zat lain yang terdapat dalam biji keben
melumpuhkan sistem saraf pada badan dan mata ikan.
Setelah melihat hal tersebut, membuat Henrich tertarik untuk meneliti lebih jauh apa saja yang terjadi dengan ikan ikan tersebut. saat itu ia berfikir bahwa biji keben yang ditaburkan ke kolam telah memengaruhi sistem saraf mata ikan sehingga menjadi seperti pingsan. Dan karena ikan tersebut ternyata dapat pulih kembali, berarti biji keben tersebut tidak merusak mata. Itulah yang membuat ia yakin bahwa ekstrak biji keben bisa mengobati gangguan mata dan tidak membahayakan kesehatan manusia. dan dari sinilah Heinrich mulai tertarik untuk mencoba memanfaatkan buah keben untuk pengobatan mata.
Setelah melihat hal tersebut, membuat Henrich tertarik untuk meneliti lebih jauh apa saja yang terjadi dengan ikan ikan tersebut. saat itu ia berfikir bahwa biji keben yang ditaburkan ke kolam telah memengaruhi sistem saraf mata ikan sehingga menjadi seperti pingsan. Dan karena ikan tersebut ternyata dapat pulih kembali, berarti biji keben tersebut tidak merusak mata. Itulah yang membuat ia yakin bahwa ekstrak biji keben bisa mengobati gangguan mata dan tidak membahayakan kesehatan manusia. dan dari sinilah Heinrich mulai tertarik untuk mencoba memanfaatkan buah keben untuk pengobatan mata.
Sebelumnya
memang belum pernah ditemukan pengobatan tradisional yang menggunakan
biji buah keben dari spesies Barringtonia asiatica untuk mengobati
penyakit mata. Namun spesies lain dari genus Barringtonia, yakni putat
hutan (B. macrostachya Kurz.) bagian akarnya dan butun darat (B.
racemosa L. Bl. Ex. DC) bagian bijinya telah diguna-kan di Kalimantan
dan Jawa untuk mengatasi gangguan mata. Sayangnya, tidak diketahui
dengan jelas jenis-jenis penyakitnya.
Sampai
akhirnya, pada Desember 2002 Heinrich menemukan komposisi obat tetes
mata dari biji keben. Obat tetes ini dibuat dari biji keben yang
berspesies 6. asiatica dan fi. exce/sa tanpa campuran bahan lain. Buah
keben tersebut diperoleh dari pohon yang tumbuh di tepi pantai Desa
Nafri, DistrikAbepura, Kotamadya Jayapura, Provinsi Papua. Bahan baku
biji keben dapat pula diperoleh dari pantai Base G, Distrik Jayapura
Utara dan pantai Hamadi, Distrik Jayapura Selatan. Buah dipilih yang
sudah matang, dicirikan dengan adanya semburat cokelat pada kulitnya.
Dalam memproduksi obat tetes ini, Heinrich tidak pernah mengambii
Iangsung dari pohonnya, melainkan hanya mengambii buah yang sudah jatuh
dengan sendirinya.
Awalnya
ia mencobakan obat tetes yang dibuatnya, pada matanya sendiri yang
menderita hipermetropia plus 4. Setelah ditetesi sebanyak 20 kali,
masing-masing mata 2 tetes (1 tetes = 0,06 ml.) setiap dua hari sekali,
ia merasakan ada perbaikan. Saat itu hipermetropia di matanya telah
turun menjadi plus 2. Hasil uji coba ini semakin membuatnya yakin bahwa
obat ini tidak menimbulkan efek samping atau membahayakan kesehatan
orang lain. Hanya saja setelah di tetesi, mata akan terasa pedih sekitar
15 – 30 menit.
Dengan
keyakinan ini, ia memberanikan diri untuk mengujikan obat tetes mata
buatannya pada penderita gangguan mata di Jayapura, kota tempat
tinggalnya. Hasil uji coba ini membuktikan bahwa obat tetes mata keben
mampu menyembuhkan penyakit katarak, pterigium, glaukoma baru, miopia,
dan hipermetropia. Sampai saat ini belum ada pasien yang mengeluh atau
keberatan dengan obat tetes mata keben. Mereka justru memberikan
dorongan dan semangat supaya obat ini dapat diperkenalkan kepada
masyarakat luas. Heinrich juga mendapat perhatian dan dukungan dari
kalangan medis seperti, dr. John Manangsang, dr. Barus Siahaan, dan dr.
Lewerissaa (ahli mata di RS Dok 2, Jayapura).
Tanaman Buah Keben
Keben
merupakan tanaman yang berbentuk pohon dan berkayu lunak memiliki
diameter sekitar 50 cm dengan ketinggian 4-16 meter. keben mempunyai
sistem perakaran yang banyak dan sebagian tergenang di air laut ketika
sedang pasang. ia juga memiliki banyak percabangan yang terletak di
bagian bawah batang mendekati tanah. bentuk daunnya cukup besar,
mengkilap dan berdaging. daun mudanya berwarna merah muda dan akan
berubah menjadi kekuningan setelah tua.
Di
papua buah keben disebut dengan sebutan rabon pi. bagian luarnya
terdiri dari kulit berserabut dan didalamnya terdapat tempurung. di
dalam tempurung terdapat sebutir biji yang keras, berlendir dan berwarna
putih. buah ini memiliki bunga selebar 16 cm yang berwarna putih dengan
benang sari berwarna merah muda. besar buah keben seukuran genggaman
tangan orang dewasa, berwarna hijau ketika muda dan akan menjadi
kecokelatan setelah tua dan kering.
Taksonomi tanaman keben
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Lecythidales
Famili : Barringtoniaceae Rudolph! (-Lecythidaceae)
Genus : Barringtonia
Spesies : Barringtonia asiatica Kurz
Sinonim : Barringtonia spedosa J.R. Forster
Nama
daerah: Bitung, butun (Menado); butun (Sunda);butung, keben (Jawa);
keben-keben (Bali); utong (Alor); bitung tumbak, witung witung
(Minahasa); hutu (Gorontalo); wutuna (Buol); hutun (Ambon); keptun
(Halmahera Selatan); mijiu, pitu, mijimu (Halmahera Utara); mojiu
(Ternate).
Senyawa apa saja yang terkandung dalam buah keben ?
Hingga
saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengungkap
kandungan senyawa aktif dalam tanaman keben, Greshoff, peneliti dari
Belanda menemukan zat-zat seperti saponin beracun di dalam biji yang
sudah diterapkan dalam ilmu kedokteran. Dari penelitian-penelitian lain
diketahui bahwa selain saponin, buah dan biji keben juga mengandung asam
galat; asam hidrosianat yang terdiri dari monosakarida; serta
triterpenoid yang terdiri dari asam bartogenat, asam 19-epibartogenat,
dan asam anhidro-bartogenat.
Senyawa
aktif dalam biji buah ini, yang diduga kuat memiliki efek penyembuhan
dalam pengobatan mata adalah dari golongan saponin. Beberapa jenis
saponin telah berhasil diidentifikasi. saponin yang berasal dari buah
keben merupakan saponin jenis baru. Dengan kandungan senyawa tersebut
buah keben telah dilaporkan memiliki banyak aktivitas farmakologis
seperti anti bakteri, anti jamur, analgesik, dan anti tumor.
Kabar Gembira dan informasi penting terkait tetes mata herbal radix vitae, saat ini kami telah mengadopsi teknologi deep freezing system dari Jerman dalam pembuatan obat. Dengan penerapan teknologi ini, pelanggan akan lebih bisa mendapatkan hasil optimal dari ekstrak buah keben ini. Setelah penerapan teknologi ini beberapa penyempurnaan terbaru pada tetes mata herbal ini adalah :
1. Hilang Rasa Perih Saat Penetesan ke Mata
Tetes mata herbal Radix Vitae kini tidak terasa pedih lagi sewaktu diteteskan ke mata pengguna.
2. Kotoran mata tidak keluar lagi
Pada dasarnya kotoran mata akan keluar apabila terdapat kotoran pada mata. Dengan tidak adanya lagi endapan dari tetes mata herbal Radix Vitae maka kotoran yang keluar dari mata juga tidak ada lagi selama mata memang dalam keadaan bersih.
3. Penetesan dapat dilakukan setiap hari sekali.
Sumber: matasakit.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar