1 Juli 1946

Hai! Apa kabar rekan-rekan semua?

Kali ini saya ingin berbagi informasi mengenai makna 1 Juli 1946 bagi Polisi.

Setiap tanggal 1 Juli, banyak sekali yang mengucapkan, "Selamat ulang tahun pak polici…"

Nah loh!

Kalau ulang tahun itu 'kan artinya sebelum tanggal 1 Juli 1946 Polisi belum ada?
Padahal sosok Polisi sudah ada sejak jaman kerajaan. Polisi jaman kerajaan diistilahkan dengan Jogoboyo atau Bhayangkari, penjaga dari segala marabahaya yang mengancam kerajaan.

Naaaaahhh…

Sekarang ijinkan saya meluruskan, sebenarnya apa yang terjadi pada tanggal 1 Juli 1946.

Jadi begini nih urutan ceritanya…
Tanggal 17 Agustus 1945, bung Karno dengan nyali naga memproklamirkan KEMERDEKAAN bangsa ini di tengah-tengah situasi yang sebenarnya belum kondusif benar untuk merdeka. 

Tanggal 18 Agustus 1945, bangsa Indonesia memiliki Undang-undang Dasar. 

Pada tanggal 19 Agustus 1945 dalam sidang PPKI menyatakan bahwa, Polisi ditarik ke dalam Kementrian Dalam Negeri, membentuk suatu dinas tersendiri. Dikatakan bahwa Polisi hanya bekerja dalam hal "administrasi" saja, dan tidak mempunyai "rentang komando" ke polisi-polisi di daerah. Polisi di daerah di bawah kendali pemerintah propinsi dan pemerintah daerah (seperti Sat Pol PP saat ini).

Tanggal 29 September 1945 Jenderal Polisi R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo dilantik sebagai sebagai KKN (Kepala Kepolisian Negara) pertama, dan diberi tugas untuk membentuk organisasi polisi, menyesuaikan struktur pemerintahan Indonesia yang baru lahir.

Pada tanggal 1 Oktober 1945 polisi ditarik juga di bawah Kejaksaan Agung juga, mengingat polisi adalah salah satu elemen CJS (Criminal Justice System).

Namun hal ini tidak bertahan lama, pak Soekanto sangat kewalahan menerapkan kebijakan kepolisian secara nasional sampai ke polisi di pelosok Indonesia, mengingat tidak dimilikinya rentang komando ke wilayah. Oleh karena itu, pemerintah memahami ini akhirnya pada tanggal 1 Juli 1946, Polisi dikeluarkan dari Kementrian Dalam Negeri, membentuk jawatan sendiri, langsung di bawah Perdana Menteri (Keputusan Perdana Menteri No. 86/P.M./II, tanggal 29 Juni 1945).

Pada tanggal 1 Juli 1946 inilah akhirnya Polisi bisa bernafas bebas, dia bisa membentuk karakternya sendiri. Organisasi Kepolisian setara dengan Kementrian, dan KKN/Kapolri setara dengan Menteri. Dengan memiliki jawatan sendiri, organisasi Kepolisian memiliki rentang komando ke bawah secara nasional. 

Rentang komando itu artinya begini… Saat Kapolri membuat kebijakan, "Fokus kerja kita kali ini adalah mengamankan masyarakat yang akan melakukan Mudik dan kembali ke domisili awal! Tekan angka kecelakaan lalu lintas! Kita beri nama operasi ini dengan sandi Operasi Ketupat!" Maka Mabes Polri akan menggelindingkan kebijakan tersebut ke 33 Polda di seluruh Indonesia, dan diteruskan kepada masing-masing Polres jajarannya, dan sampai kepada tingkat Polsek, unit ujung tombak kepolisian. Akhirnya pekerjaan polisi menjadi seragam di seluruh Republik Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke, mengamankan arus mudik dan arus balik saat hari raya Idul Fitri.

Andaikata polisi masih di bawah kementrian dalam negeri, dan polisi di wilayah di bawah pemerintah kota/kabupaten, maka ada kemungkinan polisi di Polres x akan menjawab kepada Kapolri, "Ntar dulu bos… Di sini pak Bupatinya  lagi fokus dengan masalah PSK sama Pedagang Kaki Lima… Sabar yah bos…"  Kapolri'pun gak bisa ngomong apa-apa, mengingat jika Polri di bawah kementrian dalam negeri, kerjanya hanya "administratif".

Selain itu juga, tekanan politis yang berada di dalam kementrian/departemen bisa dijauhkan dari Polisi, sebab Polisi di belahan dunia manapun dituntut untuk netral, karena dia berada di tengah-tengah, di antara kebijakan pemerintah dengan masyarakat alias selalu dalam posisi kejepits, seperti saat ini.

Begitulah sejarah singkat, mengapa tanggal 1 Juli 1946 menjadi bersejarah bagi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jadi ucapan ulang tahun atau dirgahayu menurut saya kurang tepat, yang tepat adalah cukup "Selamat Hari Bhayangkara".


Jangan kaget kalau praktek di lapangan, Polisi sendiripun masih latah menggunakan kata HUT di spanduk, atau kata-kata sambutannya, karena belum semua Polisi tahu akan sejarahnya. Saya bisa paham masalah ini, sebab……..… tanggal 5 Juli kemarin, saya baru saja ujian Sejarah Kepolisian.. Hahahahaha…:-D

Semoga bermanfaat yah rekan-rekan…






SUMBER: disandur dari berbagai sumber

KUSNI KASDUT, PENJAHAT LEGENDARIS INDONESIA


Siapa yang tidak mengenal tokoh ini pada era 70 an, salah satu pejahat Legendaris, tertangkap dan di vonis hukuman mati atas segala perbuatannya…. Namun pada saat – saat akhir hayat nya ia bertobat dan dengan “tegar” menghadapi hukumannya.
Dalam keterasingannya di penjara dan jauh dari orang-orang yang dicintai, ternyata sisi agamis Kusni Kasdut tumbuh semakin dalam. Apalagi ketika dia di penjara dan sebelum dieksekusi mati, dia sempat berkenalan dengan seorang pemuka agama Katolik.
Setelah berkenalan dengan pemuka agama tersebut, akhirnya dia memutuskan menjadi pengikut setia. Kusni Kasdut dibaptis sebagai pemeluk Katolik dengan nama Ignatius Kusni Kasdut.
Saat menunggu hari eksekusi, dia menuangkan rasa cintanya terhadap agama yang telah dia anut dalam sebuah lukisan yang terbuat dari gedebog pohon pisang. Dalam lukisan tersebut, tergambar dengan rinci Gereja Katedral lengkap dengan menara dan arsitektur bangunannya yang unik. Dan sampai sekarang masih tersimpan rapi di Museum Gerja Katederal Jakarta.
lukisan Kusni Kasdut yang terbuat dari gedebok Pisang, dan masih tersimpan di Kathederal Jakarta
lukisan Kusni Kasdut yang terbuat dari gedebok Pisang, dan masih tersimpan di Kathederal Jakarta
“Setelah lukisan gedebog pisang itu jadi, sebagai tanda terima kasihnya, Kusni Kasdut memberikan lukisannya itu kepada Gereja Katedral, Jakarta. Beberapa hari setelah itu, Kusni Kasdut ditembak mati,” ujar pengurus Museum Katedral, Jakarta, Eduardus Suwito.
Saya mendapat tulisan mengenai saat – saat akhir hayatnya pada saat mau menghadapi regu tembak :
Keinginannya terakhir hanya ia mau duduk di tengah keluarganya.
Itu terpenuhi. Sembilan jam sebelum diantar pergi oleh tim
eksekutor, di ruang kebaktian Katolik di LP Kalisosok Kusni
Kasdut dikelilingi keluarganya: Sunarti (istri keduanya), Ninik
dan Bambang (anak dari istri pertama), Edi (menantu, suami
Ninik) dan dua cucunya, anak Ninik. Itulah jamuannya yang
terakhir-dengan capcai, mi dan ayam goreng. Tapi rupanya hanya
orang yang menjelang mati itu yang dengan nikmat makan.
Kusni, kemudian, memeluk Ninik. “Saya sebenarnya sudah tobat
total sejak 1976,” katanya, seperti direkam seorang
pendengarnya. “Situasilah yang membuat ayah jadi begini.
Sebenarnya ayah ingin menghabiskan umur untuk mengabdi kepada
Tuhan. Tapi waktu terlalu pendek. Ninik dan yang lain
menangis. “Diamlah,” lanjut ayahnya, “Ninik ‘kan sudah tahu,
ayah sudah pasrah. Ayah yakin Tuhan sudah menyediakan tempat
bagi ayah. Maafkanlah ayah.” Kedua cucunya, Eka dan Vera, mulai
mengantuk.
Fact about Kusni Kasdut
Pada masanya Kusni kasdut adalah penjahat spesialis “barang antik” salah satunya yang paling spektakuler ia merampok Museum Nasional Jakarta. Dengan menggunakan jeep dan mengenakan seragam polisi (yang tentunya palsu), dia pada tanggal 31 Mei 1961 masuk ke Museum Nasional yang dikenal juga Gedung Gajah. Setelah melukai penjaga dia membawa lari 11 permata koleksi museum tersebut.
Pernah membunuh dan merampok seorang Arab kaya raya bernama Ali Badjened pada 1960-an. Kusni Kasdut dalam aksinya ditemani oleh Bir Ali. Ali Badjened dirampok sore hari ketika baru saja keluar dari kediamannya di kawasan, Awab Alhajiri. Dia meninggal saat itu juga akibat peluru yang ditembak dari jeep yang dibawa oleh Kusni Kasdut.
Saat-saat terakhir Kusni Kasdut ini dijadikan ide untuk lagunya God Bless “Selamat Pagi Indonesia” di album “Cermin”. Lirik lagu ini ditulis oleh Theodore KS, wartawan musik Kompas yg jagoan menulis lirik lagu.
Awalnya Kusni kasdut adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia.
SUDARTO adalah penasehat hukum Kusni Kasdut mengatakan dalam pembelaanya : ”Manusia tidak berhak mencabut nyawa orang,” dan ”Nafsu tidak bisa dibendung dengan ancaman”.
Kusni Kasdut pada saat sedang menunggu keputusan atas permohonan grasinya sempat melarikan diri kemudian dapat ditangkap kembali dan akhirnya menjalankan pidana matinya.
Kusni Kasdut sempat dijuluki “Robin Hood” Indonesia, karena ternyata hasil rampokannya sering di bagi – bagikan kepada kaum miskin.
Tangan kanan Kusni Kasdut adalah Bir Ali, anak Cikini Kecil (sekarang ini letaknya di belakang Hotel Sofyan). Bir Ali, yang juga menjadi pembunuh Ali Bajened bersama Kusni Kasdut di Jalan KH Wahid Hasyim, bernama lengkap Muhammad Ali. Dia mendapat gelar Bir Ali karena kesukaannya menenggak bir, ia tewas dalam tembak menembak dengan polisi.
Ia menjalani hukuman matinya didepan regu tembak pada 16 Februari 1980.
Sumber : dari berbagai sumber

SKENARIO PEMERDEKAAN PAPUA


Melihat peristiwa yang marak terjadi di Papua beberapa waktu belakangan ini, sungguh miris terjadi penembakan gelap dimana – mana, awalnya yang menjadi sasaran adalah para karyawan PT Freeport Timika yang hendak berangkat bekerja, kemudian penembakan ini merambah ke sasaran yang berada di kota jayapura dan sorong, dimana 4 orang tewas ditembak yaitu 3 warga dan 1 personil TNI di Abepura Jayapura dan yang paling heboh di dunia Internasional adalah penembakan yang dilakukan oleh orang tidak dikenal di lokasi wisata Pantai Base kota Jayapura dengan korban Pieter Dietmar Helmut warganegara Jerman. Saya duga masih akan masih banyak lagi aksi – aksi pengacauan keamanan setelah ini dan ekskalasinya pasti akan meningkat.
Yes, apa yang terjadi di Papua adalah skenario yang mengarah kepada “pemerdekaan”, skenario ini adalah memang dirancang, direkayasa untuk internasionalisasi masalah papua sebagai tahap awal untuk memerdekakan papua. Sebagai mantan peacekeeper di beberapa negara yang wilayahnya ingin merdeka, saya rasanya tahu bagaimana cara – cara mereka untuk membawa sebuah negara ke arah merdeka.
Patut diketahui bahwa cara – cara mengganti pemerintahan otoriter yang terjadi di beberapa negara jazirah arab berbeda dengan cara sebuah daerah memerdekakan diri, isyu paling fundamental adalah bagi daerah yang mau merdeka adalah perbedaan etnis atau kaum minoritas yang tidak diperlakukan adil oleh pemerintah pusat, berbeda dengan pemberontakan yang mau mengganti pemerintah; adalah rakyat mempunyai “common enemy” makanya mereka menggulingkan pemerintah dengan “people power”.
Saat ini beberapa hotspot dimana sebagian warganya meninta merdeka adalah:  Gerakan Basque di Perancis, Kaum tamil di Srilangka, Darfur di Sudan. Beberapa daerah telah berhasil perjuangannya dan menjadi negara baru seperti Kosovo dan Sudan Selatan. Indonesia sendiri pernah mengalami pisahnya Timor timur menjadi negara sendiri.
Berikut ini adalah perkiraan saya (pribadi) tentang beberapa metoda / skenario yang akan digunakan Organisasi Papua Merdeka dalam memperjuangkan kemerdekaannya:
1. Gerakan ini akan mengintensifkan “teror” khususnya bagi pendatang non papua, “penembakan gelap” akan digiatkan, mereka ingin agar ada rasa tidak aman pada kehidupan sehari – hari masyarakat papua, keadaan tidak aman ini akan melumpuhkan aspek penghidupan masyarakat papua, terutama pada perekonomian dan roda pemerintahan, kalau dua aspek ini tidak berjalan akan ada ketidak – percayaan masyarakat terhadap pemerintah dan aparat keamanan. Sehingga masyarakat akan mendapat kesan bahwa OPM akan lebihcare terhadap mereka dalam menjamin keamanan.
2. Mencoba meng-internasionalisasi permasalahan di Papua,  gerakan OPM akan secara taktis membawa permasalahan ini ke dunia internasional, dengan era “keterbukaan informasi”  sekarang ini akan mudah bagi mereka untuk mengangkat isu internal dalam negeri menjadi isu internasional, yang paling laku dijual adalah isu Human Rights/HAM, Genosida,  ketidakadilan dan kejahatan terhadap kemanusiaan.  Cara yang bisa  dicapai adalah dengan “mengorbankan” penduduk asli papua sendiri, gerakan ini akan “membenturkan” masyarakat dengan aparat keamanan, contoh pada saat demonstrasi massa mereka akan berbuat sesuatu sehingga terjadi bentrokan massa dengan aparat keamanan, sehingga jatuh korban massa, nah hal inilah yang bisa “dipelintir” dan diangkat ke dunia internasional bahwa terjadi “pembantaian etnis”, ini bisa mencoreng Indonesia sebagai negara yang tidak melindungi warganya. Penembakan terhadap warga negara asing juga bisa membawa hal ini ke dunia Internasional, sebelumnya sudah ada WN. Australia dan AS yang tewas di papua akibat penembakan gelap.
3.  Melakukan kampanye Internasional,  seperti diketahui pola perjuangan OPM ada 2 lini yaitu lini dalam negeri dan luar negeri,  di dalam negeri terdiri dari sayap politik dan Militer, mereka menggunakan cara – cara Clandestin atau “Underground” , mereka menyusupkan agen – agen mereka kedalam pemerintahan dan merekrut orang  – orang yang pro OPM untuk menguntungkan gerakan mereka.  Untuk gerakan di luar negeri mereka menggunakan tokoh mereka di luar negeri untuk mengkampanyekan gerakan mereka, kebetulan mereka ada seorang tokoh OPM yang berhasil lari dari Indonesia bernama Benny Wenda, permintaan suakanya sudah diterima oleh pemerintah Inggris, sehingga ia menjadi WN. Inggris. Benny Wenda sampai sekarang masih tercatat dalam daftar “Red Notice” Interpol karena peristiwa pembunuhan di Papua. Ia lah menjadi corong dari gerakan OPM di luar negeri. Upaya yang dilakukan adalah mendekati parlemen internasional, khususnya di negara eropa untuk mendukung perjuangan OPM.
Dari ketiga upaya ini akan mengerucut menjadi satu, seperti yang pernah kita alami di Timor Leste, yaitu adanya Desakan dari dunia Internasional agar ada “Campur tangan” negara di luar Indonesia untuk pada awalnya “Menyelesaikan” Permasalahan yang terjadi PBB akan turut campur dan pada awalnya akan mengirimkan “Observer” untuk melihat ke wilayah apa yang terjadi sesungguhnya.  Hal ini akan sangat berbahaya karena rekomendasi observer ini adalah pasti kehadiran “Misi Perdamaian” untuk melihat aspirasi warga papua, dan hasilnya mudah ditebak , pasti Referendum menentukan nasib sendiri. Yang hasilnya pasti sudah tau kan ? pasti  hasilnya merdeka.
Jadi bagaimana agar kita tidak kehilangan kedua kalinya wilayah kita setelah Timor Leste ? ini pendapat saya:
1.  Untuk  zaman sekarang dimana kebebasan media sudah sangat terbuka, kita tidak perlu mencegah kampanye buruk dari pihak OPM tentang apa yang disebut “Kolonialisme” Indonesia atas Papua, justru kita harus melakukan kampanye positif tentang apa yang telah kita lakukan di bumi Papua.
2.  Kesejahteraan , ya itu kata kuncinya.  Sejahterakan masyarakat papua, buat pendidikan yang baik dan dengan mereka sejahtera mereka akan merasa bangga menjadi bagian dari Indonesia. Biarkan rakyat papua mempunyai kedaulatan di wilayahnya sendiri.
3. Rangkul kembali pihak OPM untuk menjadi bagian bersama dalam pembangunan di Papua. Tidak semua warga papua hendak memerdekakan diri.  Masyarakat papua lebih bersifat kesukuan jadi tidak ada yang lebih dominan dari yang lain.
4. Untuk aparat keamanan kurangi kekerasan yang tidak perlu, karena ini merupakan alat OPM untuk mengangkat permasalahan ini ke dunia Internasional.
Demikian akhir tulisan saya, saya rasa kita pernah punya contoh bagaimana kasus Timor Leste dan Aceh, gunakan cara – cara seperti di Aceh adalah cara terbaik untuk dilakukan yaitu penyelesaian tetapi tetap dalam kerangka NKRI, bagaimana caranya ? silahkan para pimpinan negara ini memikirkan jalan yang terbaik.

nilai proyek ekspansi train 3 Tangguh, yang berlokasi di Teluk Bintuni, Papua Barat, mencapai 12 miliar dollar AS


Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi mencatat, nilai proyek ekspansi train 3 Tangguh, yang berlokasi di Teluk Bintuni, Papua Barat, mencapai 12 miliar dollar AS.Untuk itu ini BP Indonesia selaku operator proyek Tangguh berencana mengajukan revisi rencana pengembangan kepada badan pelaksana tersebut pada Agustus ini. Demikian disampaikan Deputi Pengendali Operasi BP Migas Gde Pradnyana, Kamis (2/8/2012), saat ditemui di Kantor BP Migas, Jakarta.

Menurut Gde Pradnyana, pucuk pimpinan BP menegaskan kembali komitmennya untuk berinvestasi dalam proyek ekspansi train 3 Tangguh. Hal itu dikemukakan saat bertemu dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik dan jajarannya dalam kunjungan kerja Menteri ESDM ke Perancis dan Inggris. Dalam pertemuan itu, Jero Wacik menekankan, para investor asing harus memenuhi beberapa syarat jika ingin berinvestasi di Indonesia, antara lain "pro job, pro poor, pro growth, dan pro environment".

Jadi, para investor harus membuka lapangan kerja baru, turut mengentaskan kemiskinan, mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, dan mengendepankan aspek kelestarian lingkungan dalam pengelolaan migas di Tanah Air.

Gde Pradnyana mengemukakan, BP Indonesia berencana mengeluarkan investasi sekitar 12 miliar dollar AS untuk pembangunan proyek train 3 Tangguh, meliputi pembangunan konstruksi train (unit kilang) 3, anjungan, dan jaringan pipa gas.

"Mereka berjanji akan mengajukan revisi rencana pengembangan proyek Tangguh pada minggu ini," ujarnya. Dalam paket pengembangan proyek itu, lanjut Gde, pihaknya meminta jaminan pengembangan di kawasan Bintuni.

Jadi, selain komitmen investasi dalam proyek train 3 itu, BP Indonesia harus berkomitmen untuk ikut mengembangkan kawasan Teluk Bintuni dan Papua Barat, baik berupa penambahan pasokan gas maupun tenaga listrik.

"Itu merupakan aspirasi dari pemda. Kami akan segera memproses revisi rencana pengembangan itu begitu disampaikan kepada kami. Proses kajiannya paling lama satu bulan, Jadi kami menargetkan proyek ekspansi train 3 Tangguh itu bisa mulai dikerjakan tahun 2013," ujarnya.

Sumber: kompas.com

Kapolda kesulitan untuk menjamin tidak terulangnya kembali konflik di Kwamki Lama, Mimika, Papua

Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Polisi BL Tobing mengakui, polisi saat ini mengalami kesulitan untuk menjamin tidak terulangnya kembali konflik di Kwamki Lama, Kabupaten Mimika, Papua.

"Polri mengalami kesulitan untuk bisa menjamin tidak terulangnya pertikaian atau konflik yang terjadi di kawasan Kwamki Lama karena apa yang mereka katakan berbeda dengan kenyataan," kata Kapolda Papua menjawab pertanyaan seusai buka puasa bersama di Mapolda Papua, di Jayapura, Rabu (1/8).

Karena itulah, ia menambahkan, berapa pun banyak pasukan ditempatkan tidak dapat menjamin tidak terjadinya konflik yang sudah menewaskan warga dari kedua kelompok yang bertikai serta melukai ratusan orang tersebut.

Menurut dia, seharusnya situasi itu disikapi secara serius oleh Pemerintah Provinsi Papua. Sebab, mereka yang bertikai itu bukan penduduk asli Kwamki Lama, melainkan pengungsi dari Kabupaten Puncak.

"Polisi saat ini hanya menjadi pemadam kebakaran. Saya berharap kasus tersebut segera ditangani oleh semua pihak," katanya.

Wakil Bupati Mimika Abdul Muis sebelumnya mengakui, pihaknya pun kesulitan menghadapi para warga yang merupakan pengungsi dari Kabupaten Puncak, karena apa yang mereka lakukan sudah meresahkan.

"Kami sangat berharap Pemkab Puncak segera memulangkan warganya yang mengungsi di Kwamki Lama, sehingga tidak meresahkan warga lainnya," kata Muis.

Pemda Mimika sudah berupaya mendamaikan kedua kelompok yakni Kampung Harapan (atas) dan Kampung Amole (bawah) dengan melakukan prosesi adat, yakni patah panah yang disertai bakar batu. Bahkan, prosesi itu sudah berlangsung dua kali, namun konflik masih terulang kembali hingga kini.

Kasus pertikaian yang terjadi sejak 23 Mei lalu itu berawal dari kecelakaan lalu lintas yang menewaskan warga Kampung Harapan, hingga mereka menuntut dan bahkan mengajak perang Kampung Amole.(Ant/BEY)

Sumber: www.metrotvnews.com