Salah seorang Putra terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia adalah Jenderal Polisi Drs. H. Mochamad Sanoesi. Ia merupakan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) ke-10 yang menjabat mulai dari 18 Juni 1986 sampai 28 Februari 1991.
Mochamad Sanoesi dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 15 Februari 1935, dari pasangan Suami isteri bernama Mochamad Ropik dan Siti Utih. Sanoesi menjalani masa kecil dan masa remajanya di Kota Bogor, dan dibesarkan oleh lingkungan yang sangat mencintainya. Sanoesi memulai jenjang pendidiknnya pada tahun 1942 yaitu dengan masuk sekolah rakyat di Bogor, pada tahun 1852, Sanoesi lulus SMP dan di tahun 1955 Sanoesi dinyatakan lulus sekolah Menengah Atas. Setamat SMA, Sanoesi sempat menjalani masa kuliah selama 7 bulan di Universitas Indonesia, jurusan Sastra Inggris tetapi kemudian Ia memilih untuk meninggalkan kuliahnya tersebut dan lebih memilih untuk melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Pada saat usianya 27 tahun, tepatnya tahun 1962, Sanoesi berhasil menamatkan PTIK, dan dilantik menjadi Komisaris Polisi II.
Kesempatan untuk melanjutkan jenjang pendidikan didapatkan Sanoesi ketika Ia bertugas di Madiun. Setelah melaui Seleksi yang ketat Ia dikirim untuk tugas belajar di International Police Academy, Amerika Serikat selama 12 bulan. Sanoesi juga mendapat kesempatan untuk belajar di Sekolah Staf dan Komando Kepolisian (Seskopol) dan pendidikan karir lanjutan ABRI yakni Sekolah Staff dan Komando Gabungan (Seskogab).
Sanoesi bukan hanya sukses dalam menempuh jenjang karirnya, Ia juga sukses dalam membina rumah tangga. Sanoesi menikah dengan gadis cantik bernama Nani Suryani Surawijaya yang dikenalnya ketika masa pendidikan, pernikahan mereka dianugerahi tiga orang anak.
Pada bidang karirnya, setelah lulus dari PTIK tahun 1962, Mochmad Sanoesi di tempatkan di Madiun Ssebagai Kapolres 1051 Kota Madiun, Jawa timur dan kemudian dipindahkan ke Kediri sebagai Kepala Staf Komdin Kediri. Dari Kediri, Ia ditarik ke Markas Besar (Mabes) Polri Jl.Trunojoyo, Jakarta. Ia bertugas di Komando pengembangan Pendidikan dan Latihan (Kobangdiklat). Ia pernah pula menjabat Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Polri dan Kepala Staf Kobangdiklat Polri hingga 1982. Dari pusat, Ia kemudian dipromosikan menjadi Kapolda Kalimantan Selatan dengan Pangkat Brigadir Jenderal. Sukses di Kalimantan, satu setengah tahun Kemudian, Sanoesi ditarik lagi ke Jakarta dan diserahi jabatan Asisten Kamtibmas ABRI.
Pada 1 Juni 1985 tokoh yang terkenal suka membina hubungan dengan bawahan dan punya relasi yang sangat luas di kalangan kepolisian, militer dan sipil ini diangkat sebagai kapolda Jawa Tengah. Dibawah kepemimpin Sanoesi, Jawa Tengah keluar sebagai pelaksana terbaik Operasi Zebra 1985 untuk seluruh wilayah di Indonesia. Di Jawa Tengah itu, Ia juga membuka lembaran sejarah baru dengan mengasuransikan sekitar 23 ribu anggota polisi dan karyawan sipil Polda Jawa Tengah melalui penandatanganan kerjas sama denga PT Asuransi Jiwasraya. Baru sembilan bulan memangku jabatan Kapolda Jawa Tengah, konseptor Pataka PTIK yang berbunyi Vidya Satyatama Mitra ini diangkat ke jabatan puncak Kepolisian Republik Indonesia.
Sanoesi resmi dilantik sebagai Kapolri pada 18 Juni 1986 oleh Presiden Soeharto. Penyandang bintang tiga ini menggantikan Jenderal Polisi Anton Soedjarwo yang telah memasuki masa pensiun. Dalam masa tugasnya itu, Sanoesi melakukan banyak hal demi kemajuan Polri. Ia tercatat berhasil mengawal proses pembangunan sehingga berjalan dengan baik. Transisi dari Repelita IV ke Repelita V berjalan dengan mulus. Pemulihan umum 1987 pun tertib dan damai sehinga menghasilkan wakil-wakil rakyat yang siap bekerja unuk kepentingan nasional dalam Sidang Umum MPR 1988. Polri tidak lepas dari keberhasilan pemilu ini. Selama memimpin Polri, berbagai tindak kejahatan kekerasan yang meresahkan masyarakat dapat ditanggulangi oleh Sanoesi.
Nama Polri di luar negeri pun menjadi bahan pembicaaan di negara-negara ASEAN dan negara-negara maju. Pengiriman 50 orang perwira menengah Polri di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengawsi pembaruan politik di Namibia tahun 1989, merupakan bukti nyata bahwa Polri di masa kepemimpinan Sanoesi cukup memberikan darma bakti kepada dunia. Penangkapan beberapa orang asing, yang di negaranya telah berbuat tindak kejahatan, merupakan contoh lain bahwa Polri smasa kepemimpinan Sanoesi telah memberikan sumbangsih yang sebesar-besarnya di dalam dan di luar negeri. Negara-negara Asia Tenggara, Anggota ASEANPOL, menyatakan hormat kepada Sanoesi, karena selama Ia memimpin Polri dapat bekerja sama lebih erat lagi dalam rangka penangulangan kejahatan regional.
Optimasi dan dinamisasi merupakan ikon yang popular selama Sanoesi memimpin Polri. Strategi itu sering disebut dengan singkatan opdin Polri. Dengan Strategi opdin, Polri berhasil menjalankan tugas-tugasnya meski dalam kondisi SDM, peralatan teknologi, dan anggaran yang serba terbatas. Para perwira polisi didorong untuk berhemat, bertindak efektif dan efisien dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan teknologi tinggi karena minimnya anggaran kepolisian. Tamtama, bintara, dan perwira polisi digiring Sanoesi untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada serta menjadi teladan bagi masyarakat dalam kondisi bangsa yang sedangng mengalami berbagai kesulitan. Dengan strategi opdin ini, semua titik kelemahan Polri dibalik oleh Sanoesi menjadi kekuatan yang bercitra positif.
Kesempatan untuk melanjutkan jenjang pendidikan didapatkan Sanoesi ketika Ia bertugas di Madiun. Setelah melaui Seleksi yang ketat Ia dikirim untuk tugas belajar di International Police Academy, Amerika Serikat selama 12 bulan. Sanoesi juga mendapat kesempatan untuk belajar di Sekolah Staf dan Komando Kepolisian (Seskopol) dan pendidikan karir lanjutan ABRI yakni Sekolah Staff dan Komando Gabungan (Seskogab).
Sanoesi bukan hanya sukses dalam menempuh jenjang karirnya, Ia juga sukses dalam membina rumah tangga. Sanoesi menikah dengan gadis cantik bernama Nani Suryani Surawijaya yang dikenalnya ketika masa pendidikan, pernikahan mereka dianugerahi tiga orang anak.
Pada bidang karirnya, setelah lulus dari PTIK tahun 1962, Mochmad Sanoesi di tempatkan di Madiun Ssebagai Kapolres 1051 Kota Madiun, Jawa timur dan kemudian dipindahkan ke Kediri sebagai Kepala Staf Komdin Kediri. Dari Kediri, Ia ditarik ke Markas Besar (Mabes) Polri Jl.Trunojoyo, Jakarta. Ia bertugas di Komando pengembangan Pendidikan dan Latihan (Kobangdiklat). Ia pernah pula menjabat Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Polri dan Kepala Staf Kobangdiklat Polri hingga 1982. Dari pusat, Ia kemudian dipromosikan menjadi Kapolda Kalimantan Selatan dengan Pangkat Brigadir Jenderal. Sukses di Kalimantan, satu setengah tahun Kemudian, Sanoesi ditarik lagi ke Jakarta dan diserahi jabatan Asisten Kamtibmas ABRI.
Pada 1 Juni 1985 tokoh yang terkenal suka membina hubungan dengan bawahan dan punya relasi yang sangat luas di kalangan kepolisian, militer dan sipil ini diangkat sebagai kapolda Jawa Tengah. Dibawah kepemimpin Sanoesi, Jawa Tengah keluar sebagai pelaksana terbaik Operasi Zebra 1985 untuk seluruh wilayah di Indonesia. Di Jawa Tengah itu, Ia juga membuka lembaran sejarah baru dengan mengasuransikan sekitar 23 ribu anggota polisi dan karyawan sipil Polda Jawa Tengah melalui penandatanganan kerjas sama denga PT Asuransi Jiwasraya. Baru sembilan bulan memangku jabatan Kapolda Jawa Tengah, konseptor Pataka PTIK yang berbunyi Vidya Satyatama Mitra ini diangkat ke jabatan puncak Kepolisian Republik Indonesia.
Sanoesi resmi dilantik sebagai Kapolri pada 18 Juni 1986 oleh Presiden Soeharto. Penyandang bintang tiga ini menggantikan Jenderal Polisi Anton Soedjarwo yang telah memasuki masa pensiun. Dalam masa tugasnya itu, Sanoesi melakukan banyak hal demi kemajuan Polri. Ia tercatat berhasil mengawal proses pembangunan sehingga berjalan dengan baik. Transisi dari Repelita IV ke Repelita V berjalan dengan mulus. Pemulihan umum 1987 pun tertib dan damai sehinga menghasilkan wakil-wakil rakyat yang siap bekerja unuk kepentingan nasional dalam Sidang Umum MPR 1988. Polri tidak lepas dari keberhasilan pemilu ini. Selama memimpin Polri, berbagai tindak kejahatan kekerasan yang meresahkan masyarakat dapat ditanggulangi oleh Sanoesi.
Nama Polri di luar negeri pun menjadi bahan pembicaaan di negara-negara ASEAN dan negara-negara maju. Pengiriman 50 orang perwira menengah Polri di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengawsi pembaruan politik di Namibia tahun 1989, merupakan bukti nyata bahwa Polri di masa kepemimpinan Sanoesi cukup memberikan darma bakti kepada dunia. Penangkapan beberapa orang asing, yang di negaranya telah berbuat tindak kejahatan, merupakan contoh lain bahwa Polri smasa kepemimpinan Sanoesi telah memberikan sumbangsih yang sebesar-besarnya di dalam dan di luar negeri. Negara-negara Asia Tenggara, Anggota ASEANPOL, menyatakan hormat kepada Sanoesi, karena selama Ia memimpin Polri dapat bekerja sama lebih erat lagi dalam rangka penangulangan kejahatan regional.
Optimasi dan dinamisasi merupakan ikon yang popular selama Sanoesi memimpin Polri. Strategi itu sering disebut dengan singkatan opdin Polri. Dengan Strategi opdin, Polri berhasil menjalankan tugas-tugasnya meski dalam kondisi SDM, peralatan teknologi, dan anggaran yang serba terbatas. Para perwira polisi didorong untuk berhemat, bertindak efektif dan efisien dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan teknologi tinggi karena minimnya anggaran kepolisian. Tamtama, bintara, dan perwira polisi digiring Sanoesi untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada serta menjadi teladan bagi masyarakat dalam kondisi bangsa yang sedangng mengalami berbagai kesulitan. Dengan strategi opdin ini, semua titik kelemahan Polri dibalik oleh Sanoesi menjadi kekuatan yang bercitra positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar